Cinta (2) Rify cerbung

2

Hari Senin, hari pertama sekolah setelah libur panjang. Jangan berharap kalau di SMAN Plus ini upacara bendera ditiadakan walaupun ini hari pertama. Jangan sampai ada yang berani memberi alasan petugas belum latihan dan sebagainya. Bisa dipastikan kalau ada yang berkata demikian, siap-siap saja seluruh siswa disini kerja bakti hari Senin mulai dari pekarangan sampai ke semua toilet yang ada digedung megah ini. Kalau ditotal ada 40 toilet lebih. Nah, dari pada membersihkan toilet lebih baik panas-panasan sambil berdiri selama sejam.
Ify dan Sivia melangkahkan kakinya kearah lapangan upacara. Disana sudah lumayan banyak siswa yang berkumpul. Sebagian guru juga sudah berdiri disana. Dari arah samping tampak kelompok Gabriel, Dayat, Daud, dan Rio sedang membully Daud. Mereka tertawa dan Daud yang dibully juga ikut tertawa. Ify dan Sivia geleng-geleng kepala.
“Pagi Ify, pagi Sivia.” Sapa Daud. Ify dan Sivia saling tatap dan kemudian bergidik.
“Vi, lo dengar ada yang nyapa kita?” Tanya Ify dengan gaya polosnya. Begitu pula dengan Sivia yang ikut-ikutan Ify. Ia juga memasang wajah polosnya.
“Enggak, Fy. Jadi merinding nih gue.” Anak-anak cowok yang lain udah ngakak. Beginilah derita Daud. Kemudian Ify dan Sivia menoleh ke Daud.
“Eh, lo Ud. Gelap sih lo.” Jawab Sivia.Gabriel dan Dayat mengusap bahu Daud.
“Sabar Bro, Hidup emang keras.” Kata Dayat sok menguatkan.
“Tapi fleksibel, men.” Jawab Sivia membuat yang cowok ngakak sekaligus berpikiran kemana-mana.
“Tahu deh yang punya fleksibel.” Kata Rio sambil mengerlingkan matanya nakal ke Ify dan Sivia. Ify dan Sivia melotot. Dasar Cowok!!
“Kak, Rioo. Otak lu minta dikasih pemutih kali ya?” Rio hanya tertawa begitu juga dengan yang lain.
“Nggak lah Fy, yang butuh pemutih Daud kali.” Daud yang dibully kembali menjawab dengan polosnya.
“emang ada, Fy pemutih buat gue?” Tanya Daud. Ify memutar bola matanya kesal sedangkan Sivia hanya bisa geleng-geleng kepala.
“Ada, bejemur sana di pantai.” Jawab Ify kesal.
“Ayok Vi ke lapangan, udah mau mulai tuh. Ngomong sama mereka bikin lapar.” Ajak Ify dan langsung menarik tanga Sivia.
“Kalo lapar makan Rio aja Fy.” Teriak Gabriel.
“Nggak, Pahit.”
“Sialan lo, Fy.”
Rio dan kawan-kawan pun mengikuti Ify dan Sivia yang telah ke lapangan duluan. Upacara bendera akan di mulai. Pagi yang dimulai dengan indah bagi Rio dan kawan-kawannya. Tetapi, tidak bagi Ify dan Sivia. Cowok-cowok mesum plus gila meruak  mood mereka.
***
Selesai upacara bendera semua siswa langsung berhamburan ke kantin. Tidak peduli lagi dengan guru yang mau member pengumuman tambahan. Cukup Kepala Sekolah yan nggak punya jam tangan itu yang menyita waktu mereka. Bicara sepanjang jalan, tidak mempedulikan banyak siswinya yang tumbang. Ditambah lagi dengan wajah tanpa dosa Kepala Sekolah yang berkata “karena hari cukup panas, bapak sudahi sampai disini saja amanatnya.” Hellooo, kemana saja dari tadi pak?
Ify dan Sivia baru saja kembali dari kantin membeli minuman apa saja yang bisa mendinginkan kepala, mulut dan hati mereka. Kepala, karena cape memikirkan Kepala Sekolahnya yang nggak punya jam tangan. Mulut, karena cape memankan mulut mereka sambil mengikuti ocehan Kepala Sekolah. Hati, cape mengutuk Kepala Sekolahnya dalam hati.
“Untung nggak dia terus pembina upacara tiap Senin.  Kalo sempat dia terus, gue yakin banget gue yang sering keluar masuk ruang BK.” Cerocos Ify sambil menyedot mnuman isotonic yang baru saja dibelinya.
Sivia mengangguk setuju “Gue ngikutin lo deh, Fy. Mana omongannya Cuma mutar-mutar situ aja. Kuping gue demi apapun yang ada dilangit bumi udah berasap.” Ify menoyor kepala Sivia “Beh, gue nggak liat tuh.”
“Kan gue Cuma mau berlebay ria.”
“Ck, elaah. Ada ftv pagi lagi nih.” Ify berdecak begitu melihat Gabriel dan Shilla sedang duduk berdua di tangga samping kelas mereka. Gabriel melempar tatapan kesalnya kearah Ify dengan matanya yang mendadak mau keluar. Ify dan Sivia langsung tertawa melihat ekspresi si Gabriel. Sedangkan Shilla hanya tersenyum malu.
“Nikmatin aja lagi duo Pi, besok nggak ada lagi Ftv pagi hidup lo hampa deh.” Balas Gabriel yang membuat Ify dan Sivia mencibir. Kemudian keduanya tertawa membuat Gabriel manyun. Shilla hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah kakak kelasnya ini.
“Lo betah Shil sama ceking ini?” Tanya Sivia masih dengan tawanya.
“kalo gue mah, udah gue tendang kali sampai ke segitiga bermuda.” Sambung Sivia tanpa mendengar jawaban Shilla. Ify dan Sivia langsung berhighfive karena berhasil membully Gabriel.
UPS!!
Ify dan Sivia menutup mulutnya begitu melihat Gabriel. Disana Gabriel telah mengeluarkan asap dari dua telinganya dan di kepalanya muncul dua tanduk berwarna merah. Mukanya juga merah padam karena marah sekaligus kesal dengan tingkah teman sekelasnya yang hyper ini.
Ify dan Sivia mendadak jadi salh tingkah dan menggaruk tengkuk mereka yang tidak gatal lalu nyengir tanpa dosa ke Gabriel. Perlahan kaki mereka melangkah mundur.  1… 2… 3…
“Kabuuuuur,”
“IFYYYYYY, VIIIAAA.” Teriak Gabriel murka sedangkan Ify dan Sivia tertawa sambil memeletkan lidahnya kearah Gabriel.
***
Ify dan Sivia berlari langsung masuk ke kelas mereka. Disana teman-teman sekelas menatap mereka berdua aneh. Dua gadis itu masih membungkuk dengan tangan diatas menahan berat tubuh mereka. Rio yang sedang duduk di kursi guru mengernyit bingung menatap dua gadis cantik ini.
“Lo bedua kenapa?” Tanya Rio. Ia berjalan menghampiri dua gadis itu –tepatnya Cuma Ify. Ia berdiri di depan Ify. Menatapnya lama kemudian mendekatkan kepalanya ke gadis itu. Ify reflex memunduran kepalanya.
“Mau ngapain lo kak?”
Rio hanya diam, lalu tanpa aba-aba lelaki itu langsung menoyor kepala Ify membuat si empu kepala melotot kesal kearahnya. Ify langsung mendorong kepala Rio. Sivia yang melihat itu hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala lalu meninggalkan dua anak manusia ini di depan pintu kelas.
“Lo hari ini duduk bareng gue deh, Fy. Jam pertama ada Kimia nih.”
“Lah, terus?”
“Sumpah songong banget lo, gue tahu lo udah hapal Kimia sampai ke kulit paling dalem. Ajarin gue kek, masa iya besok nilai UN gue yang paling dahsyat Kimia. Padahal jelas-jelas gue punya sahabat yang jago Kimia.”
Ify hanya nyengir “Sorry, kak. Gue sih mau ngajarin lo, tapi untuk saat ini nggak ya. Gue udah janji duduk bareng sama Sivia tuh. Daaah kakak ganteng tapi item.” Ify langsung berlari menghampiri Sivia yang sudah staycool di bangkunya.
Rio yang ditinggal Ify hanya bisa pasrah untuk hari ini dan akan menikmati pelajaran Kimia dengan mata terpejam. Lebih baik tidur daripada mendengar yang membuat bosan. Rio jago dalam Mamatika, Fisika dan pelajaran noneksak lainnya, tetapi paling hancur dalam Kimia. Dia sendiri heran kenapa Kimia itu selalu menghantuinya, untung saja ada Ify sahabtnya dari orok yang jago Kimia yang mau mengajarinya –ya walaupun ia harus merogoh koceknya untuk mentraktir gadis itu.
Hhh. Rio menghela napas lalu berjalan kebangku yang telah dihuni tasnya. Guru Kimia Bu Risna Wijaya telah datang “kapan sih lo mau bersahabat sama gue, Kimia.” Gumamnya.
***
Ify melenggang keluar kelas bersama Sivia dan juga Rio dibelakangnya. Tiba diluar kelas matanya reflex melotot. Bagaimana tidak, di setiap sudut dekat kelasnya suah ditempati oleh couple kelas duabelas angkatannya yang bermekaran. Ditangga depan kelas sudah ada Melva dan Halpan, disampingnya berjarak dua meter dari mereka telah duduk sepasang kekasih lagi Elga dan Ridho. Dibelakang tiang sudah ada Dayat dengan Zahra. Ada lagi satu pasangan sipit di dekat tangga samping kelas, Reza dan Ayu.
Memang hari ini Ify dan Sivia juga Rio lambat keluar kelas dikarenakan ada tugas dari Pak Marlius guru Fisika. Mereka ini termasuk murid yang bisa diandalkan dalam bidang yang satu ini. “Sakit mata gue.” Keluh Ify. Sivia yang disebelahnya hanya terkekeh.
“Itu karena lo nggak punya pasangan disini.” Ify menoleh dan mencibir ke Sivia.
“kayak punya aja  lo.”
“Punya, kan kakak sepupu lo.” Sivia mengerling.
“Siviaaa, ngarep ya loo.” Sedangkan Sivia hanya tertawa dan berlari meningalkan Ify. Ify yang melihat Sivia telah berlari duluan mau tak mau akhirnya mengejar karrena ia tahu kemana ujung dari pelarian itu. Kantin!!
Rio yang sedari tadi berdiri dibelakang Ify dan Sivia hanya diam mendengarkan omongan dua gadis hyper itu sampai mereka berdua berlari meninggalkannya. Rio menghela napas. ‘Sama gue bisa kali, Fy.” Sayang itu hanya dalam hati. Rio akhirnya memilih menghampiri Gabriel yang sedang sibuk dengan buku Biologinya.
Gabriel menoleh ke samping saat menyadari ada sebuah badan yang terhempas. Ia menaikkan alisnya lalu tersenyum miring khas miliknya.
“Galau lo?” Rio hanya menggeleng.
“Sotoy.” Gabriel ngakak.
“kalau cinta diungkapin, broo. Bukannya dipendam. Lo tahu, kalau perasaan terus dipendam nggak akan selalu berakhir baik, yang ada perasaan itu terus mendesak ke atas dan akhirnya lo nyesek.”
Rio mencibir “Gaya banget lo.”
“Nggak ada persahabatan cowok dan cewek itu murni hanya karena rasa sahabat. Karna diantara rasa sahabat itu muncul rasa baru yang berjudul Cinta dan Sayang.”
“Lo makin sok ya El?” kata Rio yang cukup lama terdiam. Gabriel yang telah kembali membaca buku biologinya kembali menoleh ke Rio dan menatapnya kesal.
“awalnya gue janji sama diri gue sendiri bahkan hati gue untuk nggak punya rasa apapun kecuali sayang gue sebagai sahabat dan kakak buat dia.” Rio berhenti sejenak. Ia menatap Gabriel yang memilih diam kali ini.
“Tapi, semakin kesini makin kesini juga sayangnya. Makin nempel. He” lanjut Rio dengan kekehannya. Gabriel tersenyum.
“Gue juga.” Ceplos Gabriel tanpa sadar. Rio memicingkan matanya dan Gabriel langsung gelagapan.
“mm.. maksud gue, gue juga bakal kayak lo kalau gue jadi elo.” Rio hanya angkat bahu untuk saat ini. Walaupun ia tahu ada yang disembunyikan sahabatnya ini. Sedangakan Gabriel tampak menghela napas legah. Rio kali ini nggak kepo. Hufftt.
Ify dan Sivia balik dari kantin dan  menghentikan langkahnya menatap Gabriel dan Rio yang sedang duduk ditangga dengan bersender, kakinya diluruskan dengan berat badan ditahan siku. Rio dan Gabriel lanngsung melongos begitu menyadari dua gadis itu menatap mereka.

“ngapain lo bedua disitu? Mau minta tanda tangan?” ceplos Gabriel. Ify dan Sivia hanya memutar bola matanya dan langsung meninggalkan dua cowok yang kini tetawa melihat tingkah mereka.
Category: 1 comments

Cinta (1) Rify cerbung

1

Seorang lelaki jangkung menggunakan baju kaos putih dan dibalut dengan jaket coklat keluar dari rumahnya dengan menarik koper kecil. Kemudian diangkatnya koper itu untuk dimasukkan ke bagasi mobilnya. Dahinya berkerut, disana sudah ada koper yang agak lebih besar dari kopernya.
“nebeng lagi tuh anak.” Gumamnya lalu memasukkan kopernya ke bagasi dan menutupnya. Kemudian diliriknya rumah yang berseberangan dengan rumahnya dan tak lama keluar seorang gadis cantik bersama mamanya. Gadis yang selama ini selalu bersamanya. Bersama dalam kata “sahabat” tidak lebih. Mengingat itu ia menghela napas berat dan tersenyum melihat gadis dan mamanya itu berjalan menghampirinya.
“Kak, Riooo.” Teriak gadis cantik itu. Rio Prama –lelaki jangkung tadi menatapnya aneh.
“Kok natap guenya aneh sih kak?” Pefyta Adam yang biasa disapa Ify menatap Rio kesal. Tangan Rio dengan mulus langsung mendarat dikepalanya mengacak rambut ikalnya.
“iih, berantakan tau.”
“lo kayak dihutan tau nggak, teriak-teriak nggak jelas.” Ify hanya nyengir sedangkan mama Ify -Rita yang mendengarkan dua anak ini hanya geleng-geleng kepala. Dia sudah sangat hapal apa yang terjadi dengan dua anak ini bila bersama.
“Io, Bunda mana?” Tanya mama Ify.
“ada di dalam Ma, bentar lagi keluar kok.” Tak lama keluarlah Bunda Rio bersama Ayahnya. Mereka tersenyum kepada Mama Ify.
“Bun, Mama nitip Ify ya? Mama nggak bisa ngantar ke asrama karena siang nanti mau ke Bandung jenguk Omanya yang sakit.” Jelas Mama Ify. Beginilah keakraban dua keluarga ini. Mama Ify dan Bunda Rio tidak memanggil nama, tetapi mengikuti anak-anak mereka.
Bunda Rio –Ira mengangguk dan tersenyum “Iya Ma, biar Ifynya sama Bunda dan Ayah aja.”
“Thanks Bun. Ify baik-baik ya sayang, nanti kalo udah nyampe di asrama kabarin Mama.”
“Oke Ma.” Jawab Ify lalu memeluk Mamanya. “Mama doain Ify ya, Ify nggak bisa apa-apa tanpa doa Mama. Salam juga buat Oma.” Mama tersenyum dan mengangguk.
“Ya udah, Mama pulang ya. Hati-hati, Rio jagain Ify ya.” Rio mengangguk lalu mencium tangan Mama Ify lalu Mama Ify mencium kepalanya dan berbisik “Mama percaya sama, Rio.”
Suara Ayah Rio yang sudah menunggu di kemudi mobil menyadarkan mereka. Rio membuka pintu belakang mobil dan membiarkan Ify masuk lebih dulu kemudian disusul oleh dirinya. Sedangkan Bunda di depan bersama Ayah.
“Assalamu’alaikum, Mama.”
“Wa’alaikum salam.”

Rio dan Ify sepasang anak manusia ini sekarang bersekolah disalah satu sekolah Boarding School yang mengharuskan mereka harus tinggal di asrama dan berpisah dengan orang tua mereka. Entah apa yang membuat mereka lebih memilih boarding school ini yang pasti mereka akan selalu beralasan “biar mandiri” Yasudahlah.

***
Mobil BMW hitam itu memasuki area parkir sekolah megah SMAN PLUS. Setelah menemukan tempat untuk parkir mobil itu berhenti dan keluarlah Rio dari sisi kiri dan Ify dari sisi kanan. Disusul oleh Ayah dan Bunda Rio. Rio langsung membuka bagasi dan mengleuarkan koper mereka.
Rio melirik Ify yang masih menatap gedung sekolah mereka dengan tatapan Rindu. Terlihat dari kata yang keluar dari mulutnya “Gue kangeeen.” Teriaknya girang. Rio menggelengkan kepalanya dan menggulum senyum.
“Heh, nih koper lo gede amat. Bawa apaan aja lo?” celetuk Rio tiba-tiba. Ify menoleh dan mencibir ke Rio.
“Suka-suka guelah mau bawa apa. Wlee. Kepo.”
“Yee, sewot. Biasa aja dong.” Balas Rio.
“Bodo, lo bawain koper gue ya kak. Titik loh, nggak pake apa-apa lagi.”
“Telanjang dong, Fy.” Ify langsung menimpuk Rio dengan tas kecil yang dipegangnya.
“AWW, AWW.” Ditambah lagi satu bonus cubitan dari Bundanya. Rio meringis dan melotot ke arah Ify yang kini tengah menertawakannya.
“ngomong disaring dulu ya, nak.” Kata bunda lembut tapi tatapannya itu loh tajam. Setajam Silet.
“Iya, Bun. Tapi menurut Rio Bunda salah maksud deh.”
“Sekarang nyalahin Bunda?”
“Eh, enggak Bun.” Ringis Rio membuat Bunda menggeleng kecil. Sedangkan Ify nampak memeletkan lidahnya. Rio menggeram dalam hati. ‘Awas Lo Ify.’
Ify menghampiri Bunda Rio dan memeluk lengan Bunda lalu menyenderkan kepalanya dibahu Bunda dengan manja. Bunda hanya tersenyum melihat tingkah Ify yang sudah ia anggap sebagai anak sendiri. Maklum Bunda Rio tidak memiliki anak perempuan. Bunda hanya memiliki Rio dan Adiknya Ray yang kini sedang liburan di rumah eyangnya di Singapura.
“Kenapa sayang?” Ify menggeleng dan melepas pelukannya.  Bunda mengusap kepala Ify lembut dan mencium pipinya. “Ify sayang sama Bunda.” Rio dan Ayah menghampiri Bunda dan Ify.
“liat deh Yah, cewek hobi banget peluk-peluk.”
“Jangan mulai, Io. Sini Rio Bunda peluk.” Rio menghampiri Bunda dan memeluk sebelah kiri Bunda sedangkan Ify di kanan Bunda. Sedangkan Ayah hanya diam memperhatikan mereka.
DEG!!
Ify tersentak kaget. Kenapa dengan jantungnya. Ify menggeleng lalu melepas genggaman tangan Rio dan pelukan Bunda.
“Hati-hati disini ya anak-anak Bunda. Belajar yang benar, jangan nakal.” Ify dan Rio mengangguk.
“sip, Bunda. Bunda dan Ayah doain Ify dan kak Rio yaa?” jawab Ify.
“Pasti sayang, Ayah dan Bunda pasti selalu doakan kalian.” Jawab Ayah dan diangguki Bunda.
“Bunda dan Ayah pulang ya, jaga diri baik-baik. Rio kalo bandel omelin aja Fy dan cubit kuat-kuat.”
“kalau itu mah, Ify nggak lupa Bundaa.”
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam, hati-hati dijalan Bun, Yah.”
Rio dan Ify memperhatikan mobil BMW itu sampai akhirnya hilang dari penglihatan mereka. Rio melirik Ify begitupun dengan Ify. Keduanya kemudian sama-sama menaikkan alis dan akhirnya tertawa bersama. Entah apa yang membuat mereka tertawa, yang pasti karena mereka selalu bahagia dan tertawa bersama. Kemudian mereka bergandengan tangan menuju Asrama mereka. Sederhana sekali.
***
Ify memasuki kamarnya lalu menghempaskan tubuhnya dikasur ukuran single miliknya. Kemudian ia melirik kasur di sebelahnya, ternyata kawan sekamarnya -Sivia belum datang. Ia menatap loteng kamarnya dan kembali teringat kejadian diparkir tadi. Sebelum-sebelumnya Rio juga sering menggenggam tangannya, tetapi kenapa tadi rasanya berbeda. Ify memijit pangkal hidung bangirnya.
“gue takut akan rasa ini, kak.” Gumamnya lirih.

Tak jauh berbeda dengan Ify, Rio sekarang sedang bermenung dibalkon kamar asramanya sambil memangku sebuah gitar. Pelan, ia memulai memetik gitarnya. Keluarlah suara merdu miliknya
Bila saja engkau tahu
Dihatiku ada kamu
Bila saja kau mengerti
Tiap waktu ada kamu
Aku tak bisa dustai hatiku
Untuk munafiki sem..
Rio berhenti, lagu itu tidak sejalan dengan hatinya. Ia malah mendustai hatinya dan munafiki semua rasa itu. Rasa yang sudah cukup lama bersemayam dihatinya dan Ify nggak boleh tahu semua ini. Ia tidak mau kebersamaan atas nama sahabat ini retak karena rasa bodoh itu. Hei Rio, itu bukan rasa bodoh.
Sebuah tepukan dipundaknya membuat Rio berhenti bermain dengan pikiran dan hatinya. Ia menoleh dan mendapati Gabriel sahabatnya juga roommatenya berdiri dibelakangnya.
“lo kenapa, Io?” Rio mengernyit.
“Emang gue kenapa?” Gabriel menggeleng dan memilih diam lalu berjalan menuju kasur.
“lo udah lama datangnya?” Tanya Rio dan mengikuti Gabriel duduk di kasur lalu menyandarkan gitarnya di samping lemari.
“Sejak lo nyanyi sih. Kok tiba-tiba berhenti nyanyinya?”
“Males.” Jawab Rio pendek.
“gue nggak yakin. Seandainya gue bisa tanya sama hati lo, pasti jawabannya nggak akan sama dengan mulut lo.” Rio mencibir dan menoyor kepala Gabriel.
“Dimana-mana hati itu nggak bisa ngomong dodol.” Rio berdiri dan keluar dari kamar meninggalkan Gabriel.
“Mau kemana lo?” Teriak Gabriel.
“Kehatimuuu.”
“Najiiis.” Membuat Rio yang berada diluar ngakak mendengar teriakan Gabriel. Ia kemudian pergi menuju kamar teman-teman seasramanya. Biasanya kalo baru pulang dari rumah berbagai makanan tersaji disetiap kamar.
“Eeel, lo mau dureen nggak. Daud bawa banyak nih.”
“Mauu, mau, mau Iooo. Tungguin gue.” Beginilah anak asrama.
***
Sivia membuka pintu kamarnya pelan dan melihat Ify sedang tertidur. Diliriknya jam yang terletak di atas meja belajar Ify 18.20. Ya ampun, Ify pasti belum shalat Magrib. Digoyang-goyangkannya tubuh Ify bermaksud membangunkan.
“Py, Py, Ipy. Bangun, udah Magrib lo belum shalat kan?” Ify menggumam dan menggeliat. Ia kemudian memicingkan matanya menatap Sivia “Udah shalat?” Tanya Sivia.
“hmm.”
“Udah shalat?” Tanya Sivia sekali lagi.
“Lagi dapet, Via.” Ify mendudukkan dirinya dan mengucek-ngucek matanya.
“Hoaam, lo kapan datang?” Ify mengambil air mineral yang terletak diatas mejanya dan meneguknya sampai setengah. Bangun tidur kerongkongan terasa kering.
“Barusan, lo mandi dulu gih Fy. Ntar gue siap lo.” Ify mengangguk lalu meraih handuknya yang tergantung dibelakang pintu.
“Eh Vi tumben lo telat datangnya?” Tanya Ify sebelum membuka pintu kamar mandi. Sivia hanya menjawab dengan gelengan kepala dan tersenyum. Ify membulatkan mulutnya dan langsung masuk ke kamar mandi.
Sivia melihat Handphonenya dan melihat ada sebuah pesan dilayar. Seketika senyum Sivia langsung mengembang. Dengan lincah jari-jarinya langsung bergerak untuk membalas pesan singkat itu. Hanya pesan singkat, tetapi bisa membuat hatinya berjingkat. Rasa itu lagi.
Ify keluar kamar mandi dan memandang Sivia heran. Apa yang terjadi dengan sahabatnya ini selama ia mandi. Jangan-jangan kena toyor penghuni asrama ini lagi. Ify bergidik ngeri.
“Vi.” Panggil Ify pelan. Sivia terlonjak dan mengelus dadanya pelan.
“Ngagetin aja lo.” Ify memutar bola matanya.
“Yang ada elo ngagetin gue, gue keluar kamar mandi eh elonya senyum-senyum sendiri melototin tuh Hp. Smsan sama siapa sih?” ify mengambil duduk disamping Sivia dan melongok melihat isi pesan yang membuat Sivia senyum-senyum sendiri. Belum bisa ia melihat kepalanya sudah didorong oleh Sivia membuatnya merengut kesal..
“kepo lo ah. Ntar deh gue certain, gue mau mandi dulu. Bye sayangkuu.”
“Iih, Jungkek kamuuu.”
Jungkek kata yang artinya fleksibel bagi dua anak manusia ini. Kata yang mereka ciptakan secara spontan tanpa tahu artinya apa. Jika ada yang menanyakan artinya apa mereka selalu jawab “terserah lo aja mau ngartiin apa, sesuai keadaan artinya.”
***
Sekarang Ify dan Sivia sedang berjalan di koridor asrama. Mereka akan menuju ruang makan untuk makan malam. Sesekali terdengar tertawa mereka karena lelucon yang dilontarkan. Mereka juga melempar senyum dan menjawab sapaan dari adik kelas dan teman seangkatan mereka.
“Eh, Vi. Tadi lo smsan sama siapa?” Bisik Ify. Kenapa berbisik? Kerena takut ketahuan sama guru atau pembina asrama. Bisa-bisa malam ini langsung sidak mendadak lalu handphonenya ditangkap dan baru dibalikin setelah lulus nanti.
“Coba deh tebak.” Ify mencibir membuat Sivia manyun karena ia yakin kalo Ify sudah mencibir pasti ia tahu. Meledaklah tawa Ify.
“Ciee, calon kakak ipar gue.”
“lo pikir gue sudi punya adik ipar sejenis lo?” balas Sivia dan Ify langsung menoyornya tanpa ampun.
“sembarangan lo, lo pikir gue jenis apa?” sewot Ify.
“Jenis macan bercula satu. Haha.” Ify melotot. Sembarangan sekali sahabatnya ini mana ada macan bercula satu yang ada itu badak bercula satu.
“ehem, berarti secara nggak langsung lo bilang kakak sepupu gue macan bercula satu dong, Vi. Di dalam tubuh kitakan ngalir darah yang sama.” Jawab Ify santai.
“Nah, gue dapat lagi satu kesimpulan kalau elo juga termasuk jenis yang elo sebut tadi, karena yang gue tahu biasanya kan kucing kawinnya sama kucing. Nggak mungkinkan kucing kawin sama kambing.” Ify menaikturunkan kedua alisnya menggoda Sivia.
“ah, rese lo Fy.”
“hahaa, ayo makaan. Lo yang ambilin nasi gue, biar gue yang ngambil air minum. Sini botol minum lo.” Sivia mengangguk lalu memberikan botol minumnya ke Ify.
Ify selesai mengisi botol minumnya dan menunggu Sivia yang masih di dalam mengambil nasi. Tak lama Sivia keluar dengan membawa dua nampan berisi nasi beserta lauk-pauknya lalu menghampiri Ify dan menyerahkannya ke Ify.
“Makan dimana?” Tanya Sivia sambil melongokkan kepalanya mencari tempat yang masih kosong. Ify juga sama, kemudian ia melihat tempat kosong tanpa aba-aba lagi ia langsung menarik tangan Sivia.
“Oy, kita makan disini ya.”
***
“Oy, kita makan disini ya.” Dayat, Rio dan Gabriel yang sedang asyik makan langsung mendongak. Menatap dua gadis hyper yang berdiri di samping meja mereka.
“lo mau minta izin atau mau malak?” Tanya Rio. Ify hanya nyengir memamerkan deretan gigi berbehelnya.
“Dasar behel.” Gumam Gabriel.
“Gue denger ya, El.” Ify langsung mengambil duduk di samping Rio dan Sivia di samping Dayat. Lalu ia melempar Gabriel dengan serbet di atas meja, tetapi Gabriel bisa menghindar dan menjulurkan lidahnya kearah Ify.
“Eh, ngapain lo duduk. Emang kita udah ngijinin?” Tanya Dayat sedangkan Ify dan Sivia hanya memutar bola matanya lalu serentak berkata “Kepo.”
Dayat mendengus “Capek emang ngomong sama lo berdua.”
“Ya udah nggak usah ngomong, ribet lo.”
Gabriel dan Rio tertawa. Dasar si Dayat udah tahu dua gadis ini sedikit miring. Masih saja dikepoin. Ify dan Sivia dengan santainya langsung memakan nasi mereka tanpa memedulikan yang mereka anggap orang gila ini –Dayat, Gabriel.
***

Dayat, Rio dan Gabriel selesai makan sedangkan dua gadis yang bersama mereka –Ify dan Sivia masih menikmati makan mereka. Tak lama Sivia selesai juga dan tinggal Ify yang masih makan.
“Kayak siput deh makan lo, Fy.” Celetuk Gabriel dan Dayat mengangguk setuju. Sedangkan Sivia dan Rio hanya diam. Sudah hafal dengan cara makan Ify.
“Masalah buat lo? Cara gue ini.” Ify meminum airnya kemudian mencuci tangannya. Ia selesai makan masih dengan menyisakan separuh nasinya.
“Mana nggak habis lagi, pantes badan lo cungkring gitu.” Tambah Gabriel.
“Liat badan lo, makannya aja yang banyak badan lo segitu aja. Lo juga cungkring kali tambah bangetnya lagi.” Ledek Ify.
“ah, males gue ngomong sama lo Fy.”
“Eh, Fy lo udah punya pacar?” Tanya Dayat.
“kenapa? Lo mau daftar, Day? Lebih baik nggak usah deh, nanti ada yang ngamuk. Ya walaupun dalam diam sih ngamuknya.” Jawab Gabriel mendahului Ify. Ify melempar serbet yang baru saja digulungnya ke muka Gabriel membuat Gabriel meringis.
“Mana ada yang mau sama gadis manja kayak dia.” Celetuk Rio. Gabriel melirik nakal kearah Rio dan tersenyum gimanaa gitu? Rio mendadak jadi risih melihat tingkah sahabatnya ini. Jijong sekali. Gabriel langsung mengkode Dayat.
“Masa’ sih Io?” Rio hanya diam, malas meladeni sahabat gilanya ini.
“Eh, El emang kalo gue mau daftar jadi pacar Ify yang bakal ngamuk siapa?” Tanya Dayat sok-sokan.
“Itu kambing itam, yang suka masuk pekarangan sekolah.” Jawab Gabriel tanpa dosa dan dayat langsung ngakak bersama Sivia diikuti Rio yang tertawa sumbang. ‘Gabriel sialan. Secara nggak langsung dia bilang gue kambing itam.’ Bathin Rio.
Ify? Dia sudah mencak-mencak tidak terima dikatai Gabriel dan ia langsung bangkit dari duduknya meninggalkan mereka yang tertawa. Sivia yang tersadar Ify pergi langsung mengejar Ify. “Ifyyy, tungguuiiin.”
“hahaha.” Gabriel dan Dayat masih saja tertawa.
“ketawa aja terus, biar gue masukin tulang ikan itu ke mulut lo pada.” Sindir Rio. Gabriel dan Dayat langsung diam.
“gue mau ke Masjid duluan. Buangin tuh sisa makan gue.” Rio langsung bangkit meninggalkan Gabriel dan Dayat.
“Allahuakbar, Allahuakbar.” Terdengar suara adzan dengan kompak Gabriel dan Dayat menepuk jidatnya masing-masing.
“Gue Muadzin.”
“Gue Imam.” Keduanya saling pandang kemudian dilihatnya Ustadz Khafif sedang berjalan kearah Musholla dan mereka langsung berlari.

“Mati, bisa diamuk Ustadz.”
Category: 1 comments