3
-Mawar mengajarkan kita agar tidak
jadi manusia lemah. Jangan mudah menyerah untuk meraih sesuatu yang harus
diraih-
Hari
minggu selesai shalat Subuh Villa duduk sendiri di balkon kamarnya. Mengamati
alam yang masih lumayan gelap. Dari seberang dilihatnya kak Dika yang membuka
pagar. Sepertinya dia mau lari pagi. Villa tersenyum dan meneriaki nama
sepupunya itu.
“Kak
Dika.” Dika yang merasa dipanggil menoleh kearah Villa.
“mau
kemana kak?”
“Mau
kerja bakti.” Jawab Dika asal. Villa ini ada-ada saja, sudah tahu ida memakai
celana pendek dan kos lengan pendek serta sepatu. Handuk kecil yang menggantung
di leher masih harus ditanya. Villah hanya terkekeh.
“Rajin
nyaa. Haha. Gue ikut dong kak.”
“Ya
udah cepetan turun gue tunggu di bawah.” Villa mengangguk dan langsung masuk ke
kamarnya. Mengambil sepatu birunya dan menyambar HP beserta earphonenya. Sambil
turun tangga diketiknya beberapa kata lalu dikrimnya ke Fino.
“Ma,
Villa lari pagi bareng kak Dika yaa.” Teriaknya.
Dika
masih menunggu di depan pagar rumah Villa yang masih terkunci. Tidak lama
datanglah Villa dengan menaiki sepedanya. Di bangunkannya satpam rumah supaya
dibukakan gerbang.
“Berasa
apa aja gue berdiri sendirian disini. Mana tu satpam nggak bangun-bangun lagi.”
Villa hanya tergelak.
“Nah
lo lagi, katanya mau lari bareng gue kok naik sepeda?” kesal Dika.
“Kapan
coba gue bilang mau lari bareng lo, gue tu tadi Cuma bilang ikut doing. Punya
kuping dipake kakak ganteeng.”
“Ya
udah, yok ah jalan.”
Mereka
akhirnya keliling kompleks dengan Villa yang menaiki sepeda dan Dika yang
lari-lari kecil.
***
Fino
baru saja selesai shalat Subuh begitu HPnya bergetar ada pesan masuk. Setelah
melipat sajadah dan meletakkan pecinya ia meraih HP yang terletak tak berdya
itu di atas kasurnya.
Dari:
Arvilla Diana
Assalamu’alaikum
Kak Al.
Udah
bangun? Jangan lupa shalat Subuh ya.
Fino
menutup HPnya tanpa ada niat sedikitpun untuk membalasnya. Villa jangan terlalu
mempehatikanku karena perhatianku tidak akan tercurah kepadamu. Jangan menyakiti
dirimu dengan menyayangiku. Fino meletakkan kembali HPnya di atas kasur
sedangkan dia memilih untuk mandi. Mandi subuh katanya menyehatkan.
Selesai
mandi Fino turun ke bawah dan melihat mama dan papa yang sedang sarapan. Dia
mengambil duduk di hadapan Mama.
“Selamat
pagi Pa, Ma.”
“Pagi
sayang.” Jawab Mama. Sedangkan papa hanya menggumam dan masih sibuk memakan
nasi goreng buatan Mama.
“Waktu
Mama dan Papa ke rumah sakit Villa disini dan menggantikan Mama masak loh Fin.
Kamu ketemukan sama dia?” Tanya Mama. Fino hanya mengangguk sambil menerima
sepiring nasi goreng yang diberikan mama.
“Enak
ya masakannya? Calon istri idaman tuh.”
“O
iya, hampir mirip sama masakan mama kan? Jadi, besok kalau mama udah nggak ada
Fino sama Papa minta masakin sama Villa aja ya. Dia istri dan menantu idaman
loh.” Fino dan Papa tidak menanggapi celotehan Mama sama sekali. Mereka tetap
Asyik memakan nasi goreng nikmat buatan Mama.
“Ih,
kok mama dikacangin?”
“Mama
jangan mikir kemana-mana dulu ya. Ayo makan.” Kata Papa. Mama hanya
mengerucutkan bibirnya. Fino hanya melirik sekilas ekspresi mamanya yang kadang
bisa seperti anak kecil, tetapi Fino sayang sama mama.
Fino
bangkit dari duduknya setelah menghabiskan sarapannya. Suara kursi yang
didorong ke belakang membuat Mama dan Papa menatapnya.
“Mau
kemana Fin?” Tanya Mama.
“Fino
mau ke tempatnya Aldi dulu, Ma. Fino pergi ya.Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam.
Hati-hati Fin.”
***
“Aldii,
bukain pintunya. Ini gue woy Fino.” Teriak Fino dari luar. Melihat pintu belum
dibuka juga Fino kembali berteriak. “Woy, Aldi.” Tak lama terdengar suara pintu
terbuka dan muncullah sosok Aldi dengan muka bantalnya.
“Wa’alaikumsalam
.” Jawab Aldi dengan kesal Fino pikir rumah Aldi hutan. Tanpa mengucapkan salam
langsung saja teriak-teriak. Untung tetangga tidak berlarian ke rumahnya.
“Lo
pikir rumah gue hutan? Tumben lo kesini? Sejak punya tunangan gak ada lagi lo
mampir ke rumah gue.”
“Berisik
lo, gue mau masuk. Awas.” Mau tak mau Aldi menyingkir dari depan pintu dan
membiarkan tamu kurang ajar ini masuk. Aldi menutup pintu dan mennyusul Fino yang
sudah duduk di depan Tv. Rumah Aldi memang tidak sebesar rumah Fino tetapi
rumah ini nyaman.
“Ibu
mana Di?” Tanya Fino.
“Ngapain
lo nanyain ibu gue? Udah punya tunangan juga.” Mendengar jawaban Aldi yang
meleset Fino langsung melempar botol minum kosong yang terletak di depannya.
Aldi hanya tertawa.
“Ibu
pergi ke pasar sama Ine.” Jawab Aldi.
“Ine
siapa?”
“Calon
menantu Ibu laaah.” Jawab Aldi songong. “Lo pikir lo doang yang punya tunangan?
Gue juga punya.”
Fino
memutar bola matanya mendengar jawaban Aldi. Mau tak mau Aldi kembali mendapat
lemparan sapu tangan dari Fino yang kesal. Aldi hanya cengengesan.
“Tumben
lo kesini? Ngapain?”
“Suka-suka
gue.” Jawab Fino asal.
“Kok
mau ya si Villa sama lo.”
“Gue
nggak minta.” Jawab Fino datar membuat Aldi mengernyit. Keduanya terdiam dengan
pikiran masing-masing.
“Fin,
lo nggak cinta sama Villa?” Fino hanya diam.
“Masih
nunggu si Melati lo itu? Cish, dia udah mati bego.”
BUGH
Satu
pukulan melayang ke wajah Aldi membuatnya mengerang kesakitan. Fino mengepalkan
kedua tangannya. Matanya menatap tajam Aldi yang masih memegangi wajahnya yang
terkena pukulan Fino. Aldi tersenyum sinis.
“Lupain
dia Fin.”
“Nggak,
Melati nggak mati Di. Dia akan kembali buat gue.” Desis Fino tajam.
“Villa?”
“Gue
nggak mau dia.”
“Sini
lo.”
BUGH
Satu
pukulan melayang dari Aldi ke wajah Fino begitu Fino mendekat.
“Mau
lo apa sih Fin? Lo udah ngalaminkan rasanya nunggu yang tak kembali? Lo mau
Villa merasakan nunggu yang tak bersambut?”
“Gue
nggak nyuruh dia.”
“Dia
sahabat gue, Fin.”
“Gue
juga sahabat lo.”
“dan
gue nggak mau sahabat gue saling menyakiti.”
“Suruh
sahabat lo nyerah Di.” Fino berlalu meninggalkan Aldi yang masih diam.
“Lo
juga sahabat gue dan gue juga mau lo nyerah.” Kata Aldi tajam sebelum Fino
meninggalkan rumahnya.
***
Bersambung ...
1 comments:
Wah namaku.
Posting Komentar